Kalimat Terakhir Sang Bintang Kelas
Pagi-pagi sekali Ana sudah berangkat dari rumahnya menuju ke SMA Nusa Bangsa yang berjarak cukup jauh dengan berjalan kaki. Belum lama ia berjalan, tiba-tiba sebuah mobil mewah berwarna hitam berhenti tepat di sampingnya. Langkahnya pun terhenti dengan hati penuh rasa penasaran. Kaca jendela mobil terbuka secara perlahan, dan ternyata pemilik mobil mewah itu adalah Alia, temannya di kelas IPS.A1.
"Na, ayo cepat masuk ke mobil !" Sahut lia daridalam mobil.
"Aku mau jalan kaki aja deh, semenjak kita berteman kamu kan nggakpernah alpa buat nganter-jemput aku ke sekolah, kaya sopir nonstop aja."
"Udah nggak usah cerewet, cepetan masuk," Sambung Lia.
"Ya udah deh."
Ana pun naik ke mobil Alia dan dengan segera mereka berangkat ke sekolah dengan mobil barunya. Setelah sampai disekolah, Alia langsung memarkir mobilnya tepat di sebelah mobil Feronika, anak kepala sekolah mereka. Mereka berdua turun dari mobil kemudian menuju ke kelas mereka. Sesampaina di kelas, Fero datang menghampiri mereka.
"Lia, kita dipanggil ama guru IPS tuh di ruang guru." Ucap Fero.
"Belum juga duduk, udah dipanggil. Eh tapi tugas kimia gue belum gue kerjain semua, tugas kimia lo udah selesai kan ? sini !"
"Upss... sory gue juga belum selesai."
"Yah..., gimana sih lo ? Kemarin lo bilang udah selesai terus nyuruh gue kerjain hari ini aja."
"Iya iya, maaf."
"Gimana nih ?"
"Emm... Tugas kimia lo udah selesai kan Na ?" Tanya Fero.
"Iya."
"Tolongin kita dong, kali ini aja please..." Pinta Alia memelas.
Ana tampak berfikir beberapa saat lalu menjawab "Ya udah deh, sini !"
"Makasih banget ya Na ?" Sambung Alia.
"Iya, cepetan gih kalian pergi ke ruang guru !"
Mereka berdua langsung keluar kelas dan menuju ke ruang guru. Tapi, Alia menjadi bingung karena saat sampai di depan ruang guru dan akan masuk, Fero malah menarik tangannya seakan menghalanginya untuk masuk."
"Ada apa sih?"
"Lo beneran pengen masuk ? " Sambil tertawa kecil melanjutkan "Lo percaya ama gue ?"
"Oh, lo ngerjain gue ?"
"Bukan elo, tapi Ana."
"Kok Ana ?"
"Ya abisnya, dia itu bikin gue kesel aja. Masa anak tukang kebun sekolah yang miskin dan nggak selevel ama kita bisa jadi yang nomor 1 di SMA elit kaya gini dan ngalahin anak orang kaya sekaligus anak kepsek kaya gue sih ?"
"Panjang amat sih ceramah lo? Ya dia bisa jadi yang nomor 1 dan ngalahin elo itu karena dia rajin belajar, rajin ibadah, rajin ke sekolah, rendah hati, sopan, pokoknya jauh banget ama elo."
"Etss... jangan salah, gue juga juga anak rajin kok. Nih, gue itu rajin make-up, rajin gonta-ganti mobil ama handphone, rajin traktir temen, rajin masuk BK, rajin belanja, kurang rajin apa lagi coba ?"
"Huh dasar lu. Ke kelas yuk, udah mau bel nih !"
Mereka berjalan menuju ke kelas dan tugas mereka juga sudah diselesaikan oleh Ana.
"Sekali lagi makasih banget ya ?" Kata Alia.
"Iya sama-sama."
Setelah beberapa hari, Ana tidak lagi menolak ajakan Alia untuk diantar-jemput. Namun, di hari Jum'at itu, Ana menolak lagi ajakan Alia untuk diantar pulang.
"Ana, kok kamu nolak lagi sih ajakan aku ?"
"Sory banget ya, soalnya aku mau ke toko buku dulu buat ngerjain tugas besok. G apa-apa kan ?"
"Ya udah deh kalo itu alasan kamu. Aku pulang duluan ya. Dah..." Sambil melambaikan tangan kanannya.
"Dah..." Membalas lambaian Alia.
Setelah sekitar 15 menit, Ana bertemu dengan Fero dalam perjalanan ke toko buku. Ternyata mobil Fero mogok di tengah jalan yang cukup ramai. Saat itu Fero sedang sangat kesal dilihat dari ekspresi wajah dan tingkahnya. Ia tidak bisa meminta bantuan pada orang-orang disekitarnya karena ia tidak mengenal 1 orang pun di daerah itu. Kemudian Ana menghampirinya dan membantunya untuk mendorong mobil Fero ke tepi.
"Fer, boleh kan aku bantu kamu?"
Berfikir beberapa menit lalu berkata "Ya udah deh."
Ana meminta tolong juga dengan orang-orang yang ia kenal di sekitar jalan itu, sehingga dengan waktu yang cukup singkat, mobil Alia sudah menepi.
"Mau nggak mau aku harus bilang makasih udah bantuin aku."
"Sama-sama."
Kemudian, Ana pun melanjutkan perjalanannya menuju ke toko buku. Setelah mendapatkan buku yang ia cari dan segera membelinya. Setelah membeli buku itu, ia mencari ojek di tepi jalan. Setelah mendapatkan ojek, ia langsung menunju ke rumahnya. Namun, di tengah perjalanan motor tukang ojek itu kehabisan bensin sehingga Ana harus berjalan kaki lagi untuk melanjutkan perjalanan ke rumah.
Karena lampu lalu lintas masih merah, ia berjalan melewati zebra crose dan tiba-tiba "Prak...!!!" Tanpa ia sadari, bahwa ada sebuah motor yang melaju kencang dan tidak bisa lagi ditahan dengan rem menabrak dirinya sehingga ia terpental kira-kira 8 meter dari tempat kejadian dalam keadaan yang cukup parah. Ana langsung dilarikan ke rumah sakit terdekat.
Setelah sampai di rumah sakit, 2 jam kemudian "Inna lillahi wa inna ilahi roji'un." Kalimat itu terdengar dari dalm ruang UGD yang diucapkan oleh seorang dokter. Ibu dan ayah Ana sangat terpukul dengan kepergian anak tunggal mereka.
